Sabtu, 12 Maret 2016
Saya yakin sebagian besar akan menjawab: berita negatif. Media-media kita mewartakannya begitu sering. Berita tentang pembunuhan, pemerkosaan, bentrokan antar warga, dan seterusnya telah menjadi "menu" kita sehari-hari, yang dihidangkan lewat radio, koran, dan layar kaca.
Maka secara tidak sadar kita dicekoki berita-berita negatif semacam itu sehingga membuat kita terbiasa yang pada akhirnya mengurangi kepekaan kita, menumpulkan nurani kemanusiaan kita. Pada akhirnya alam bawah sadar kita didik untuk menyelesaikan berbagai macam masalah dengan cara-cara keji seperti itu.
Berita-berita negatif media yang kita telan mentah-mentah setiap hari itu mirip dengan modus "cuci otak" yang pada akhirnya membuat jiwa kita keras. Apalagi yang tidak hanya menelan berita-berita itu, tapi mengunyah-nguyahnya terlebih dahulu, mengalirkan sari-sarinya ke otak. Sehingga terciptalah di kepalanya imajinasi-imajinasi kuat tentang segala yang ia lihat, ia baca, ia dengar.
Betapa banyak kita dapati orang-orang pelaku pencurian, pemerkosaan, pembunuhan adalah para pembaca setia koran-koran khusus kriminal atau penikmat acara-acara berita khusus kriminal di TV. Awalnya mungkin risih, kemudian terbiasa, kemudian melekat di alam bawah sadarnya, untuk suatu waktu dipraktekkan.
Maka berhati-hatilah. Pilih dan tentukan beritamu sendiri. Berita-berita negatif cukup sebagai informasi saja, tidak perlu dikunyah dan dialirkan dalam darah. Selebihnya pilih dan cari berita-berita positif, berita yang mengobarkan semangat, berita yang menyejukkan jika didengar, berita yang menginspirasi. Saya yakin masih banyak berita-berita postif meski memang kalah populer dibandingkan berita-berita negatif. Karena bagi para pelaku bisnis media, bad news is good news. (@RafifAmir)
Cancel