Siyono (39 tahun) ditangkap paksa oleh Densus 88 dengan tuduhan dirinya terlibat dalam jaringan teroris. Saat ditangkap Siyono baru saja menyelesaikan munajat shalat maghrib.
Tiga hari berselang, tepatnya hari Jum'at, 11 Maret 2016, Warga Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten ini, tiba-tiba dikabarkan sudah meninggal. Tak jelas penyebabnya. Namun muncul dugaan kuat, bahwa Siyono dianiaya saat diperiksa. Karena, ketika ditangkap hari selasa kondisi Siyono masih segar bugar, sehat walafiat.
Jika benar, Densus 88 bertanggungjawab dibalik kematian pemuda aktivis pendidikan anak sekaligus pendiri TK Raudhatul Athfal ini, maka tentu tak bisa dibiarkan. Hukum tak boleh tebang pilih. Apalagi, ini bukan kali pertama, Densus 88 menebar teror dengan dalih memberantas terorisme. Bagaimana mungkin mereka dengan mudah membunuh seseorang yang baru diduga melakukan aksi terorisme, tanpa proses persidangan?
Jika kasus seperti ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin, ke depan Densus 88 akan bertindak lebih brutal, lebih kejam. Semua yang baru terindikasi teroris langsung dihabisi. Tak menutup pula kemungkinan ada pesanan khusus dari pihak-pihak tertentu untuk menghabisi tokoh-tokoh umat Islam, para aktivis Islam, para ulama. Sungguh ini kedzaliman yang sangat nyata!
Ustadz Arifin Ilham di laman facebook-nya bahkan turut angkat bicara. "Astagfirulllah, kembali tindakan zhalim dilakukan Densus 88 terhadap umat mulia ini, berulang dan terus berulang dengan dalih teroris. Langsung tangkap, tembak, siksa, bunuh tanpa hak bela, tanpa bukti, tanpa pengadilan. Beginikah aparat yang baik itu, INI NEGARA HUKUM, ini teror untuk umat Islam. Bukankah dengan mudah menangkap lalu buktikan di pengadilan, bukan cara zhalim seperti ini," tulis beliau.
Sejak lama, saya geram dengan drama-drama bikinan densus ini. Menakuti anak-anak kecil dengan senjata lengkap ke lembaga pendidikan, main tembak-tembakan dengan "teroris" berjam-jam dan disiarkan live di TV, main tembak sembarangan orang, main tangkap paksa dan melakukan penyiksaan. Sungguh saya geram dan muak.
Kedzaliman, apapun bentuknya, tak dapat dibiarkan. Jika tak mau diingatkan, maka tak ada jalan lain kecuali membubarkan densus penebar teror itu. Siapa? jika presiden tak bisa diharapkan, maka gerakan massa dan kekuatan parlemen jalan satu-satunya. (@RafifAmir)
Tiga hari berselang, tepatnya hari Jum'at, 11 Maret 2016, Warga Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten ini, tiba-tiba dikabarkan sudah meninggal. Tak jelas penyebabnya. Namun muncul dugaan kuat, bahwa Siyono dianiaya saat diperiksa. Karena, ketika ditangkap hari selasa kondisi Siyono masih segar bugar, sehat walafiat.
Jika benar, Densus 88 bertanggungjawab dibalik kematian pemuda aktivis pendidikan anak sekaligus pendiri TK Raudhatul Athfal ini, maka tentu tak bisa dibiarkan. Hukum tak boleh tebang pilih. Apalagi, ini bukan kali pertama, Densus 88 menebar teror dengan dalih memberantas terorisme. Bagaimana mungkin mereka dengan mudah membunuh seseorang yang baru diduga melakukan aksi terorisme, tanpa proses persidangan?
Jika kasus seperti ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin, ke depan Densus 88 akan bertindak lebih brutal, lebih kejam. Semua yang baru terindikasi teroris langsung dihabisi. Tak menutup pula kemungkinan ada pesanan khusus dari pihak-pihak tertentu untuk menghabisi tokoh-tokoh umat Islam, para aktivis Islam, para ulama. Sungguh ini kedzaliman yang sangat nyata!
Ustadz Arifin Ilham di laman facebook-nya bahkan turut angkat bicara. "Astagfirulllah, kembali tindakan zhalim dilakukan Densus 88 terhadap umat mulia ini, berulang dan terus berulang dengan dalih teroris. Langsung tangkap, tembak, siksa, bunuh tanpa hak bela, tanpa bukti, tanpa pengadilan. Beginikah aparat yang baik itu, INI NEGARA HUKUM, ini teror untuk umat Islam. Bukankah dengan mudah menangkap lalu buktikan di pengadilan, bukan cara zhalim seperti ini," tulis beliau.
Sejak lama, saya geram dengan drama-drama bikinan densus ini. Menakuti anak-anak kecil dengan senjata lengkap ke lembaga pendidikan, main tembak-tembakan dengan "teroris" berjam-jam dan disiarkan live di TV, main tembak sembarangan orang, main tangkap paksa dan melakukan penyiksaan. Sungguh saya geram dan muak.
Kedzaliman, apapun bentuknya, tak dapat dibiarkan. Jika tak mau diingatkan, maka tak ada jalan lain kecuali membubarkan densus penebar teror itu. Siapa? jika presiden tak bisa diharapkan, maka gerakan massa dan kekuatan parlemen jalan satu-satunya. (@RafifAmir)
Cancel